Jumat, 22 Juli 2016

Istri kain adalah saudaranya sendiri


Pertanyaan: Siapakah istri Kain?
Apakah istri Kain adalah saudara perempuan Kain?

Jawaban: Alkitab tidak secara khusus mengatakan siapakah istri Kain. Satu-satunya kemungkinan istri Kain adalah saudaranya sendiri atau keponakan perempuannya. 

Alkitab tidak mengatakan berapa umur Kain saat dia membunuh Habel (Kejadian 4:8). Karena keduanya adalah petani, mungkin sekali keduanya saat itu sudah dewasa, dan mungkin masing-masing telah berkeluarga. 

Pada waktu Habel dibunuh, Adam dan Hawa pasti punya anak-anak lain selain Kain dan Habel, dan jelas sekali mereka punya lebih banyak lagi anak di kemudian hari (Kejadian 5:4)

Fakta bahwa Kain ketakutan setelah dia membunuh Habel (Kejadian 4:14) mengindikasikan bahwa mungkin sekali pada waktu itu ada banyak anak, dan mungkin cucu dan cicit dari Adam dan Hawa. Istri Kain (Kejadian 4:17) sangat mungkin anak atau cucu dari Adam dan Hawa.

Karena Adam dan Hawa adalah manusia pertama (dan satu-satunya), anak-anak mereka tidak punya pilihan selain selain saling menikahi. Allah tidak melarang pernikahan antar anggota keluarga sampai ketika sudah cukup banyak manusia sehingga pernikahan antar anggota keluarga tidak diperlukan lagi (Imamat 18:6-18)

Inses (pernikahan antar saudara) sering mengakibatkan kelainan genetika pada anak-anak karena ketika dua orang dengan gen yang sama (saudara laki-laki dan saudara perempuan) menikah, berhubung gen mereka sendiri sudah memiliki cacat yang sama, anak-anak mereka akan mengalami kelainan genetika. 

Ketika pasangannya berasal dari keluarga yang berbeda, sangat kecil kemungkinan bahwa keduanya memiliki cacat genetika yang sama. Setelah berabad-abad, kode genetika manusia semakin lama semakin “terpolusi,” seiring dengan berlipat gandanya cacat genetika yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Adam dan Hawa tidak memiliki cacat genetika sehingga memungkinkan mereka dan beberapa generasi mula-mula untuk memiliki kualitas kesehatan melebihi apa yang sekarang kita miliki. Anak-anak Adam dan Hawa hanya memiliki sedikit, kalaupun ada, cacat genetika. Karena itu mereka bisa menikahi anggota keluarga dengan aman. 

Kelihatannya aneh, bahkan menjijikkan, saat memikirkan bahwa istri Kain adalah saudara perempuannya sendiri. Pada awalnya, ketika Allah menciptakan seorang pria dan seorang wanita, generasi yang kedua tidak punya pilihan selain saling menikahi anggota keluarga.

Alasan Penetapan Tanggal 25 Desember sebagai Hari NATAL


Alasan Penetapan Tanggal 25 Desember sebagai Hari NATAL
Sesungguhnya, tidak seorang pun tahu kapan persisnya Yesus dari Nazaret dilahirkan ke dalam dunia ini. Tidak ada suatu Akta Kelahiran zaman kuno yang menyatakan dan membuktikan kapan dia dilahirkan. Tidak ada seorang saksi hidup yang bisa ditanyai.

Berlainan dari tuturan kisah-kisah kelahiran Yesus yang dapat dibaca dalam pasal-pasal permulaan Injil Matius dan Injil Lukas, sebetulnya pada waktu Yesus dilahirkan, bukan di Betlehem, tetapi di Nazaret, tidak banyak orang menaruh perhatian pada peristiwa ini. Paling banyak, ya selain ayah dan ibunya, beberapa tetangganya juga ikut sedikit disibukkan oleh kelahirannya ini, di sebuah kampung kecil di provinsi Galilea, kampung Nazaret yang tidak penting.

Baru ketika Yesus sesudah kematiannya diangkat menjadi sang Mesias Kristen agung oleh gereja perdana, atau sudah dipuja dan disembah sebagai sang Anak Allah, Raja Yahudi, dan Juruselamat, disusunlah kisah-kisah kelahirannya sebagai kelahiran seorang besar yang luar biasa, seperti kita dapat baca dalam pasal-pasal awal Injil Matius dan Injil Lukas (keduanya ditulis sekitar tahun 80-85 M). Penulis Injil Kristen tertua intrakanonik, yakni Injil Markus (ditulis tahun 70 M), sama sekali tidak memandang penting untuk menyusun sebuah kisah kelahiran Yesus.

Dalam tuturan penulis Injil Lukas, kelahiran Yesus diwartakan sebagai kelahiran seorang tokoh Yahudi yang menjadi pesaing Kaisar Agustus, yang sama ilahi dan sama berkuasanya, yang kelahiran keduanya ke dalam dunia merupakan “kabar baik” (euaggelion) untuk seluruh bangsa karena keduanya adalah “Juruselamat” (sōtēr) dunia (bdk Lukas 2:10,11 dan prasasti dekrit Majelis Provinsi Asia tentang Kaisar Agustus yang dikeluarkan tahun 9 M). Dalam tuturan penulis Injil Matius, kanak-kanak Yesus yang telah dilahirkan, yang diberitakan sebagai kelahiran seorang Raja Yahudi, telah menimbulkan kepanikan pada Raja Herodes Agung yang mendorongnya untuk memerintahkan pembunuhan semua anak di Betlehem yang berusia dua tahun ke bawah (Matius 2:2, 3, 16).

Dalam kisah-kisah kelahiran Yesus dalam kedua injil inipun, bahkan dalam seluruh Perjanjian Baru, tidak ada suatu catatan historis apapun yang menyatakan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Jika demikian, bagaimana tanggal 25 Desember bisa ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus, hari Natal? Dalam kebudayaan kuno Yahudi-Kristen dan Yunani-Romawi, ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan hari kelahiran Yesus.


Cara pertama

Seperti dicatat dalam dokumen Yahudi Rosh Hashana (dari abad kedua), sudah merupakan suatu kelaziman di kalangan Yahudi kuno untuk menyamakan hari kematian dan hari kelahiran bapak-bapak leluhur Israel. Dengan sedikit dimodifikasi, praktek semacam ini diikuti oleh orang-orang Kristen perdana ketika mereka mau menetapkan kapan Yesus Kristus dilahirkan. Sebetulnya, praktek semacam ini berlaku hampir universal dalam orang menetapkan hari kelahiran tokoh-tokoh besar dunia yang berasal dari zaman kuno. Dalam kepercayaan para penganut Buddhisme, misalnya, hari kelahiran, hari pencapaian pencerahan (samma sambuddha) dan hari kematian (parinibbana) Siddharta Gautama sang Buddha dipandang dan ditetapkan (pada tahun 1950 di Sri Langka) terjadi pada hari yang sama, yakni Hari Waisak atau Hari Trisuci Waisak.

Ketika orang-orang Kristen perdana membaca dan menafsirkan Keluaran 34:26 (bunyinya, “Janganlah engkau memasak anak kambing dalam susu induknya”), mereka menerapkannya pada Yesus Kristus. “Memasak anak kambing” ditafsirkan oleh mereka sebagai saat orang Yahudi membunuh Yesus; sedangkan frasa “dalam susu induknya” ditafsirkan sebagai hari pembenihan atau konsepsi Yesus dalam rahim Bunda Maria. Dengan demikian, teks Keluaran ini, setelah ditafsirkan secara alegoris, menjadi sebuah landasan skriptural untuk menetapkan bahwa hari kematian Yesus sama dengan hari pembenihan janin Yesus dalam kandungan ibunya, sekaligus juga untuk menuduh orang Yahudi telah bersalah melanggar firman Allah dalam teks Keluaran ini ketika mereka membunuh Yesus.

Kalau kapan persisnya hari kelahiran Yesus tidak diketahui siapapun, hari kematiannya bisa ditentukan dengan cukup pasti, yakni 14 Nisan dalam penanggalan Yahudi kuno, dan ini berarti 25 Maret dalam kalender Gregorian. Sejumlah bapak gereja, seperti Klemen dari Aleksandria, Lactantius, Tertullianus, Hippolytus, dan juga sebuah catatan dalam dokumen Acta Pilatus, menyatakan bahwa hari kematian Yesus jatuh pada tanggal 25 Maret. Demikian juga, Sextus Julianus Afrikanus (dalam karyanya Khronografai, terbit tahun 221), dan Santo Agustinus (menulis antara tahun 399 sampai 419), menetapkan 25 Maret sebagai hari kematian Yesus. Dengan demikian, hari pembenihan janin Yesus dalam rahim Maria juga jatuh juga pada 25 Maret.

Kalau 9 bulan ditambahkan pada hari konsepsi Yesus ini, maka hari kelahiran Yesus adalah 25 Desember. Sebuah traktat yang mendaftarkan perayaan-perayaan besar keagamaan, yang ditulis di Afrika dalam bahasa Latin pada tahun 243, berjudul De Pascha Computus, menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Hippolytus, dalam Tafsiran atas Daniel 4:23 (ditulis sekitar tahun 202), menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Sebuah karya yang ditulis dengan tangan, dalam bahasa Latin, pada tahun 354 di kota Roma, yang berjudul Khronografi, juga menyebut 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus.

Meskipun banyak dokumen dari abad ketiga sampai abad keempat menyebut tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, tidak semua orang pada waktu itu menyetujui adanya perayaan hari Natal. Origenes, teolog Kristen dari Aleksandria, misalnya, dalam karyanya Homili atas Kitab Imamat, menyatakan bahwa “hanya orang-orang berdosa seperti Firaun dan Raja Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka.” Begitu juga, seorang penulis Kristen bernama Arnobus pada tahun 303 memperolok gagasan untuk merayakan hari kelahiran dewa-dewi.

Pada sisi lain, kalangan Montanus menolak kalau kematian Yesus jatuh pada 25 Maret; bagi mereka Yesus wafat pada 6 April. Dengan demikian 6 April juga hari konsepsi Yesus dalam kandungan Maria, ibunya. Kalau setelah 6 April ditambahkan 9 bulan, maka hari kelahiran Yesus jatuh pada 6 Januari. Di kalangan Gereja Timur (yang berbahasa Yunani), berbeda dari Gereja Barat (yang berbahasa Latin), hari Natal tidak dirayakan pada 25 Desember, tetapi pada 6 Januari.


Cara kedua

Sebelum kekristenan lahir dan tersebar di seantero kekaisaran Romawi dan kemudian dijadikan satu-satunya agama resmi (religio licita) kekaisaran melalui dekrit Kaisar Theodosius pada tahun 381, orang Romawi melakukan penyembahan kepada Matahari (= heliolatri).

Dalam heliolatri ini, Dewa Matahari atau Sol menempati kedudukan tertinggi dan ke dalam diri Dewa Sol ini terserap dewa-dewa lainnya yang juga disembah oleh banyak penduduk kekaisaran, antara lain Dewa Apollo (dewa terang), Dewa Elah-Gabal (dewa matahari Syria) dan Dewa Mithras (dewa perang bangsa Persia).

Heliolatri, yakni pemujaan dan penyembahan kepada Dewa Sol sebagai Dewa Tertinggi, menjadi sebuah payung politik-keagamaan untuk mempersatukan seluruh kawasan kekaisaran Romawi yang sangat luas, dengan penduduk besar yang menganut berbagai macam agama dan mempercayai banyak dewa.

Pada tahun 274 oleh Kaisar Aurelianus Dewa Sol ditetapkan secara resmi sebagai Pelindung Ilahi satu-satunya atas seluruh kekaisaran dan atas diri sang Kaisar sendiri dan sebagai Kepala Panteon Negara Roma. Menyembah Dewa Sol sebagai pusat keilahian berarti menyentralisasi kekuasaan politik pada diri sang Kaisar Romawi yang dipandang dan dipuja sebagai titisan atau personifikasi Dewa Sol sendiri.

Dalam heliolatri ini tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai hari perayaan religius utama untuk memuja Dewa Sol, hari perayaan yang harus dirayakan di seluruh kekaisaran Romawi. Ketika winter solstice, saat musim dingin ketika matahari (Latin: sol) tampak “diam tak bergeming” (Latin: sistere) di titik terendah di kaki langit Eropa sejak tanggal 21 Desember, persis pada tanggal 25 Desember matahari mulai sedikit terangkat dari kaki langit dan mulai sedikit demi sedikit beranjak naik ke atas, seolah sang Sol ini hidup atau lahir kembali. Peristiwa astronomikal ini ditafsir secara religius sebagai saat Dewa Sol tak terkalahkan, bangkit dari kematian, yang dalam bahasa Latinnya disebut sebagai Sol Invictus (=Matahari Tak Terkalahkan). Dengan demikian, tanggal 25 Desember dijadikan sebagai Hari Kelahiran Dewa Sol Yang Tak Terkalahkan, Dies Natalis Solis Invicti. Karena Kaisar dipercaya sebagai suatu personifikasi Dewa Sol, maka sang Kaisar Romawi pun menjadi Sang Kaisar atau Sang Penguasa Tak Terkalahkan, Invicto Imperatori, seperti diklaim antara lain oleh Kaisar Septemius Severus yang wafat pada tahun 211.

Nah, ketika kekristenan disebarkan ke seluruh kekaisaran Romawi, para pemberita injil dan penulis Kristen, sebagai suatu taktik misiologis mereka, mengambil alih gelar Sol Invictus dan mengenakan gelar ini kepada Yesus Kristus sehingga Yesus Kristus menjadi Matahari Tak Terkalahkan yang sebenarnya. Mereka memakai teks-teks Mazmur 19:5 (“Ia memasang kemah di langit untuk Matahari yang keluar bagaikan Pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.”), Maleakhi 4:2 (“… bagimu akan terbit Surya Kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.”) dan Lukas 1:78-19 (“Oleh rakhmat dan belas kasihan Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya Pagi dari tempat yang tinggi.”) sebagai landasan skriptural untuk menjadikan Yesus Kristus sebagai Sol Invictus yang sebenarnya.

Dengan jadinya Yesus Kristus sebagai Sol Invictus baru, maka tanggal 25 Desember sebagai hari natal Dewa Sol juga dijadikan hari Natal Yesus Kristus. Seorang penulis Kristen perdana, Cyprianus, menyatakan, “Oh, betapa ajaibnya: Allah Sang Penjaga, Pemelihara dan Penyelenggara telah menjadikan Hari Kelahiran Matahari sebagai hari di mana Yesus Kristus harus dilahirkan.” Demikian juga, Yohanes Krisostomus, dalam khotbahnya di Antikohia pada 20 Desember 386 (atau 388), menyatakan, “Mereka menyebutnya sebagai ‘hari natal Dia Yang Tak Terkalahkan’. Siapakah yang sesungguhnya tidak terkalahkan, selain Tuhan kita…?”

Selanjutnya, mulai dari Kaisar Konstantinus yang (menurut sebuah mitologi Romawi) pada 28 Oktober 312 melihat sebuah tanda salib dan sebuah kalimat In Hoc Signo Vinces (“Dengan tanda ini, kamu menang”) di awan-awan, perayaan keagamaan yang memuja Sol Invictus pada 25 Desember diubah menjadi perayaan keagamaan untuk merayakan hari Natal Yesus Kristus. Dengan digantinya Dewa Sol dengan Yesus Kristus sebagai Sol Invictus yang sejati, dan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal Yesus Kristus, sang Kaisar berhasil mengonsolidasi dan mempersatukan seluruh wilayah negara Roma yang di dalamnya warga yang terbesar jumlahnya adalah orang Kristen, yang, menurut Eusebius, adalah warga “Gereja Katolik yang sah dan paling kudus” (Eusebius, Historia Ecclesiastica 10.6).

Dan sejak itu juga, para uskup/paus sama-sama mengendalikan seluruh kekaisaran Roma di samping sang Kaisar sendiri; ini melahirkan apa yang disebut Kaisaropapisme. Kalau sebelumnya heliolatri menempatkan Dewa Sol sebagai Kepala Panteon yang menguasai seluruh dewa-dewi yang disembah dalam seluruh negara Romawi dan sebagai pusat kekuasaan politik, maka ketika Yesus Kristus sudah menjadi Sol Invictus pengganti, sang Kristus inipun mulai digambarkan sebagai sang Penguasa segalanya (=Pantokrator), yang telah menjadi sang Pemenang (=Kristus Viktor) di dalam seluruh kekaisaran Romawi.


Penutup

Jelas sudah, tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Seperti telah dinyatakan pada awal tulisan ini, kembali perlu ditekankan bahwa sesungguhnya tidak ada seorang pun di dunia pada zaman kuno dan pada masa kini mengetahui kapan persisnya Yesus dari Nazaret dilahirkan. Ketika Yesus baru dilahirkan, dia bukanlah seorang penting apapun. Hanya beberapa orang saja yang memedulikannya. Hanya ketika dia sudah diangkat menjadi sang Kristus gereja dan dipercaya sebagai sang Juruselamat dunia, dia baru menjadi penting dan kisah-kisah hebat tentang kelahirannya pun disusun.

Pada zaman gereja awal dulu, orang tidak sepakat kapan persisnya Yesus dilahirkan, meskipun berbagai cara penghitungan telah diajukan; dan juga orang tidak selalu sependapat bahwa hari kelahiran Yesus Kristus perlu dirayakan. Siapapun, dengan suatu pertimbangan teologis kultural, pada masa kini dapat menetapkan sendiri hari Natal Yesus Kristus buat dirinya dan buat komunitas gerejanya. Sebetulnya, cara merayakan Natal Yesus Kristus yang sebenarnya adalah dengan menjelmakan kembali dirinya, terutama bela rasanya, dalam seluruh gerak kehidupan orang yang menjadi para pengikutnya di masa kini.

@sumber : https://www.facebook.com/notes/spiritual-indonesia

Apa arti salib sesungguhnya

arti salip sesungguhnya


Apa Arti apa arti salib sesungguhnya ?

Yesus Kristus mati di kayu salib yang hina untuk keselamatan kita. Kita tidak menyembah salib, 
kita menyembah Kristus, yang hidup. Di antara semua lambang yang ada di dunia, salib penuh dengan hal yang mengagumkan dan mengherankan. Sejarah salib jauh sudah ada sebelum Kristus datang. Bangsa Romawi yang menggunakannya untuk mengeksekusi orang.


Korban terpasang di salib dengan tali, atau tangannya dipaku, dan ia dibiarkan mati. Bahkan korban disiksa secara alami dengan panas matahari, atau tubuhnya ditarik,  sebelum disalibkan, kadang-kadang membutuhkan waktu seminggu untuk mati di kayu salib. Ini adalah salah satu cara yang paling mengerikan, menyakitkan untuk mati.


Allah mengasihi kita semua. Kasih-Nya meluas … ke seluruh dunia

Namun, orang Kristen mulai menggunakan salib sebagai simbol agama Kristen. Dan setiap kali Injil diberitakan, orang-orang yang mendengar kabar itu dan menerima Kristus sebagai Juruselamat datang kepada iman dengan jalan salib. Empat hal terlintas dalam pikiran kita.

Pertama, kita berpikir tentang luasnya salib. Kasih Kristus diwujudkan di salib untuk semua orang. Ketika kita mempelajari betapa cepatnya populasi dunia meningkat, kita akan sangat heran. Namun Allah mengasihi kita semua. kasih-Nya meluas ke Afrika, ke Asia, ke Amerika, ke Rusia, ke Cina, ke seluruh dunia. Ini termasuk Anda, siapapun Anda, apa pun agama Anda, bahkan jika Anda tidak memiliki agama. Tuhan berkata dari salib, “Aku cinta kamu”.

Lalu seberapa panjangkah salib ?, salib tidak memiliki ukuran. Memanjang dari kekal sampai kekal, dari selamanya ke selamanya. Ketika Nuh membangun bahtera,  bahtera itu memiliki ukuran 450 meter panjangnya. Ketika Salomo membangun Bait Allah, dia megukur 60 hasta panjangnya. Jika Anda membangun gudang untuk alat berkebun, Anda dapat mengukur kayu dengan meteran. Tapi bagaimana Anda bisa mengukur cinta Tuhan bagi kita di kayu salib?

Alkitab mengatakan bahwa kasih Tuhan melebihi pengetahuan

Alkitab mengatakan bahwa kasih Tuhan melebihi pengetahuan (Efesus 3:19). Tidak ada cara bahwa pikiran kita yang terbatas dapat memahami kasih Allah bagi kita ketika Dia memberikan Anak-Nya di kayu salib untuk mati bagi kita, karena Anda dan saya pantas mati. Kita pantas untuk diadili dan masuk ke neraka.

Lalu kita memikirkan puncak-salib – salib meluas sampai ke tahta Tuhan. Tidak peduli seberapa tinggi surga itu. Melalui salib, Tuhan menarik semua orang kepada-Nya. Tapi Anda harus membuat keputusan tentang Yesus Kristus.

Dan mari kita berpikir tentang kedalaman cinta Tuhan bagi kita di kayu salib. Anda dapat jatuh ke dalam lubang dosa dan degradasi. Anda dapat hidup seperti binatang. Anda dapat menjadi seorang pembunuh, pemerkosa. Tapi Anda tetap tidak bisa membatasi kasih Allah.
Salib penutup pintu gerbang neraka. Seberapa dalam cinta Allah? Alkitab mengatakan, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah ! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11:33). Kasih dan hikmat Tuhan mampu menarik setiap orang berdosa sampai dengan ketinggian Surga. Yesus berkata, “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu”
(Yohanes 12:32). Pikirkan salib sejenak. Pikirkan penderitaan Kristus bagi Anda dan bagi saya. Dikatakan bahwa Yesus mengalami lima macam luka:
Luka di kepala, ketika mereka menyiksa Dia di kepala, luka ketika mereka menghajar punggungNya,  menghajar dengan menggunakan cambuk kulit dengan pelet baja di ujung dan memukul-Nya sampai Dia berdarah dari kepala sampai kaki, ketika mereka memaksakan memasang mahkota duri pada dahiNya; ketika mereka menancapkan paku pada tangan dan kaki, dan sayatan, ketika mereka menusukkan tombak di lambungNya.

Pikirkan penderitaan Kristus bagi Anda
Tangan dan kakiNya terpaku oleh karena anda dan saya dan semua orang di dunia ini. Kita semua memiliki bagian/andil dalam kematian Kristus karena dosa-dosa kita. Dosa-dosa kita membuat Dia harus terletak di kayu salib-dan Anda turut berpartisipasi dalam hal itu. Anda tidak akan pernah memahami Alkitab, Anda tidak akan pernah memahami kematian Kristus di kayu salib, sampai Anda memahami bahwa Tuhan adalah Tuhan yang kudus dan benar dan murni.
Dia bahkan tidak bisa memandang yang jahat. Waktu itu merupakan penderitaan yang mengerikan bagi Tuhan Yesus Kristus di kayu salib, bayangan kegelapan datang antara Bapa dan Anak. Tuhan tidak dapat memandang dosa, dan pada saat itu Dia meletakkan dosa-dosa Anda dan saya pada Kristus. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat menjadi dosa karena kita (2 Korintus 5:21). Itu berarti bahwa Dia tidak pernah mengenal dosa, tidak pernah berbohong, tidak pernah memiliki pikiran jahat, tidak pernah memiliki keserakahan atau nafsu. Tapi semua kotoran dan kotoran dari kehidupan Anda dan kehidupan saya turun kepadaNya. Tak satu pun dari kita yang akan pernah memahami misteri yang terjadi pada saat itu.

Itu adalah cinta Tuhan yang besar bagi kita yang memungkinkan AnakNya .mengalami penderitaan. Dia tidak mengenal dosa telah dibuat menjadi dosa karena kita. Anda dan saya telah berdosa terhadap Tuhan. Kita telah melanggar hukum-hukumNya. Tuhan mengatakan kepada Adam bahwa jika ia melanggar hukum Tuhan, ia pasti akan mati (Kejadian 2:17). Tapi Adam dan Hawa ternyata melanggar hukum Tuhan dan mereka berdosa. Kita semua sengaja memberontak terhadap Tuhan. Tuhan bukanlah TUHAN,  Dia tidak  adil dan benar dan suci jika Dia datang dan menepuk punggung kita dan berkata, “Kamu diampuni”. Kita harus mati karena dosa-dosa kita sendiri, karena itu adalah hukum TUHAN sendiri, dan TUHAN tidak mungkin melanggar hukumNya sendiri dengan berkata “Kamu diampuni”. Sebab keadilan TUHAN sendiri menuntut bahwa harga dosa yang kita lakukan harus kita bayar, harganya adalah nyawa kita sendiri yang akan masuk ke dalam maut, atau harga tersebut dibayar oleh seseorang yang memenuhi standart untuk mati bagi kita.

Orang yang memenuhi syarat itu adalah Yesus Kristus, dan Dia secara sukarela melakukannya. Dia mati bagi kita. Orang-orang akan melakukan apa pun untuk menyingkirkan rasa bersalah mereka. Tempat untuk membuang rasa bersalah adalah di kayu salib. Yesus datang untuk mati. Di salib Dia berkata, “Sudah selesai” (Yohanes 19:30). Bapa telah memberikan kepada Yesus suatu pekerjaan yang harus dilakukan, dan dalam Injil Yohanes kita membaca bahwa Yesus berkata, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya” (Yohanes 17:04). Kita terkadang heran mengapa Dia tidak memberi makan semua orang dan menyembuhkan semua orang. Dia bisa melakukannya. Ia menyembuhkan beberapa orang dan memberi makan beberapa orang yang lapar, dan Dia melakukan itu karena kasihan. Tapi pekerjaan yang sebenarnya adalah salib, pada kayu salib Dia berurusan dengan kekekalan. Tubuh Anda akan pergi ke kuburan. Namun, Jiwa Anda, roh Anda (bagian diri Anda yang hidup selamanya) akan hidup. Di mana anda akan menghabiskan kekekalan? Surga atau neraka? Yang akan ditentukan oleh apa yang Anda putuskan tentang salib, karena dari salib Kristus meminta Anda untuk bertobat dari dosa Anda dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda. Dari salib, Yesus mengulurkan tangan melalui kematian-Nya dan membebaskan kita.


Di salib Yesus berseru dengan suara nyaring, “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” (Lukas 23:46). Mereka tidak mengambil nyawa-Nya dari-Nya; Dia memberikannya secara sukarela. Dia menyerahkan Roh-Nya kepada Bapa. Dan melalui perkataan ini, Dia memberikan kepada kita semua kemungkinan karunia hidup kekal. Anda juga dapat memiliki hidup yang kekal. Undangan Yesus adalah surga. Kita terhilang, bingung, tanpa tujuan atau arti dalam hidup, tanpa jaminan kehidupan masa depan. Tapi dari salib Yesus mengulurkan tangan dengan kematian-Nya dan membebaskan kita. Kita dapat mengatakan kepada-Nya hari ini, “Tuhan,” “Juruselamat.”
Apakah Anda yakin bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat Anda? Ribuan orang datang ke gereja, tetapi mereka tidak yakin bahwa mereka telah berkomitmen dan  hidup kepada Kristus. Kerumunan di salib berteriak, “Selamatkanlah diriMu jikalau Engkau Anak Tuhan, turunlah dari salib itu !”(Matius 27:40). Yang lain berkata, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan” (Matius 27:42).
Mereka mengejek, mencemooh, tertawa. Kristus berada di salib selama enam jam diantara dua pencuri (Lukas 23:39-44). Mereka berdua pantas mati, menurut hukum Romawi. Tetapi salah seorang pencuri melihat Yesus, dan ia melihat bahwa Yesus berbeda. Dia pasti berkata kepada dirinya sendiri, “Dia ini Anak Tuhan. Dia adalah Tuhan “, Dia berkata,” Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah”, kemudian ia berbalik kepada Yesus dan berkata,”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai raja”(Lukas 23:42). Sebuah tindakan iman yang luar biasa !

Yesus berbeda
Dan apa yang Yesus katakan? “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43), pencuri itu akan berada di surga. Yesus memaafkannya oleh kematian-Nya di kayu salib. Pengampunan dan rahmat Tuhan begitu jauh di luar pemahaman kita, bahwa kita tidak akan pernah bisa membahas hal tersebut. Apakah Anda mengenal Kristus? Apakah Anda tahu pengampunan pada salib dan kuasa kebangkitan Kristus? Apakah Anda diampuni? Apakah Anda menerima kehidupan baru, kebangkitan hidup?